Bakteri Yang Membuat Orang Menjadi Pintar !


Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.

Bakteri Pemicu Antidepresan dan Daya Belajar

Terjangkit bakteri tertentu di sekitar lingkungan kita dipercaya bisa memberikan antidepresan dan bisa meningkatkan daya belajar, menurut penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan ke-110 Himpunan Mikrobiologi Amerika di San Diego.

“Mycobacterium vaccae adalah sebuah bakteri tanah alami yang cenderung termakan atau terhirup manusia ketika berada di alam sekitar,” kata Dorothy Matthews dari Perguruan Tinggi Sage di Troy, New York, yang melakukan penelitian bersama koleganya Susan Jenks.

Penelitian sebelumnya terhadap Mycobacterium vaccae menunjukkan bahwa bakteri yang tak tahan panas yang disuntikkan ke tikus-tikus, merangsang pertumbuhan beberapa neuron di otak yang mengakibatkan peningkatan tingkat serotonin dan penurunan kegelisahan.

“Karena serotonin berperan dalam proses belajar, kita mempertanyakan apakah Mycobacterium vaccae bisa meningkatkan proses belajar pada tikus,” kata Matthews seperti yang dikutip Physorg.

Matthews dan Jenks memberi makan para tikus dengan bakteri hidup dan menilai kemampuan mereka melewati jaringan jalanan yang ruwet atau ‘maze‘ dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi makan bakteri tersebut.

“Kami menemukan bahwa para tikus yang diberi makan Myocobacterium vaccae hidup melewati maze dua kali lebih cepat dan menunjukkan lebih sedikit kegelisahan dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi makan bakteri itu,” kata Matthews.

Pada percobaan kedua, bakteri dikeluarkan dari menu makanan tikus-tikus eksperimental dan mereka dites kembali. Walaupun para tikus melewati maze lebih lambat dari sebelumnya ketika mereka memakan bakteri, secara rata-rata mereka masih lebih cepat dari para tikus yang tidak diberi makan sama sekali.

Tes akhir diberikan kepada tikus-tikus itu setelah istirahat selama tiga minggu. Walaupun para tikus eksperimental tetap melewati maze lebih cepat dari tikus-tikus lain, hasilnya tidak lagi signifikan, menunjukkan bahwa efeknya hanya sementara.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa Mycobacterium vaccae bisa berperan dalam kegelisahan dan proses belajar pada mamalia,” kata Matthews. “Menarik untuk berspekulasi bahwa membuat lingkungan belajar di sekolah-sekolah yang mengikutsertakan waktu di luar ruangan di mana Mycobacterium vaccae ada bisa menurunkan kegelisahan dan meningkatkan kemampuan mempelajari hal baru.”

Bakteri Usus

Yogurt mengandung probiotik, bakteri usus baik, yang memiliki manfaat bagi sistem pencernaan. Ilmuwan dari University of California, Los Angeles, menemukan bahwa bakteri baik dalam produk susu fermentasi ini juga bisa meningkatkan kinerja otak manusia.

Temuan di journal Gastroenterology menyimpulkan bahwa perubahan mikroba atau bakteri dalam usus secara langsung turut mempengaruhi otak karena perubahan pola makan.

Hasil scan otak menggunakan fMRI menunjukkan wanita yang makan yogurt probiotik setiap hari dua kali dalam sebulan menunjukkan terjadi perubahan aktivitas otak yang mengontrol pusat pengolahan emosi, penalaran dan sensorik pusat.

“Temuan kami menunjukkan bahwa beberapa dari kandungan yogurt benar-benar dapat mengubah cara otak kita dalam merespons lingkungan. Pasien kami tidak pernah mengeluhkan mengalami depresi atau kecemasan kecuali saat mengalami masalah di sistem pencernaan. Temuan kami menunjukkan bahwa otak dan usus merupakan hubungan dua arah,” terang peneliti Dr Kirsten Tillisch dikutip dari Dailymail

Makan Tanah

Kabar baik bagi para orang tua yang mengkhawatirkan kebersihan anaknya. Ternyata, makan tanah bisa membuat anak lebih pintar.

Studi baru menunjukkan sisi positif bakteri soil-borne yang mungkin terhirup anak ketika bermain di luar. Ilmuwan menemukan, tikus yang diberi makan bakteri tanah Mycobacterium Vaccae ini dapat keluar dari labirin kompleks dua kali lebih cepat dibanding tikus yang tidak diberi makan bakteri ini.

Riset ini didukung oleh Program Manager Kidsafe NSW Playground Advisory Unit Kate Fraser. Dukungan ini menjadi alasan lain bagi anak agar mereka diberi semangat untuk mau bermain di luar dan menjadi kotor.

“Selama beberapa tahun terakhir, istilah ‘anak katun wol’ dan ‘orang tua helikopter’ menjadi sangat umum,” kata Fraser seperti dikutip dari Courier Mail. “Jadi, kita harus mengubah ruang bermain anak dan memberi mereka tantangan.”

Diyakini bakteri itu meningkatkan tingkat serotonin, mengurangi kegelisahan, dan membantu menstimulasi pertumbuhan neuron otak. Fraser mengatakan, bermain dengan tanah baik, namun orang tua harus mewaspadai tanah yang tercampur tembikar karena berisi bakteri berbahaya. “Namun, selama petunjuk keamanan diikuti, hal tersebut dapat menjadi pengalaman besar,” katanya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris

Arsip Artikel