Cerita biduan tarling, dijamah hingga getok mikropon ke penonton
Menjadi biduan dangdut tarling mempunyai risiko dalam bernyanyi. Dengan goyangan yang mengundang syahwat, bukan tidak mungkin sang biduan bisa jadi sasaran empuk bagi sebagian penonton yang terpengaruh minuman keras.
Seperti Wati Lasmini (29), biduan yang tergabung dengan grup Gema Karya Bahana dari Indramayu. Dia mengaku harus selalu bisa mendinginkan suasana jika menemukan penonton yang kasar dan lepas kendali.
"Wah itu mah, sudah biasa sekali, penonton mabuk pasti ada di setiap manggung," kata Wati kepada merdeka.com di Indramayu, Minggu (15/5).
Biasanya, jika menemukan penonton sawer yang sulit dikendalikan, sang biduan mempunyai cara-cara tertentu untuk menghindarinya. Dengan santai biasanya sang biduan menghindari tangan nakal penyawer yang agak mesum.
"Kita harus bisa mengendalikan suasana, yang nyawer sudah pasti mabuk, terus jadi kasar kita tidak boleh terpancing, jadi harus bisa apa yah istilahnya? mencairkan suasana," imbuh Wati.
Seperti pengalaman Wati di salah satu desa, saat sedang asyik bernyanyi tiba-tiba warga yang dikenal raja sawer di kampung tersebut, mengikuti goyangan sang biduan dengan kasar. Kesal dengan perlakuannya Wati memilih melayangkan mikropon di kepala sang penyawer.
"Pernah juga dulu sekali, ada penonton sudah kita bilangin, 'mas aja kaya kie' lah, tapi diulang-ulang lagi, pegang sana-sini, saya getok pake mic aja sekalian, akhirnya temennya sendiri yang misahin," ujarnya.
Pengalaman seperti itu memang jadi hal biasa bagi para pedangdut. Namun karena memang bertugas menghibur, para biduan senantiasa menghindari adanya penonton yang nakal. Bagi biduan, sang penonton merupakan raja yang harus dihibur.
Menjadi biduan dangdut tarling mempunyai risiko dalam bernyanyi. Dengan goyangan yang mengundang syahwat, bukan tidak mungkin sang biduan bisa jadi sasaran empuk bagi sebagian penonton yang terpengaruh minuman keras.
Seperti Wati Lasmini (29), biduan yang tergabung dengan grup Gema Karya Bahana dari Indramayu. Dia mengaku harus selalu bisa mendinginkan suasana jika menemukan penonton yang kasar dan lepas kendali.
"Wah itu mah, sudah biasa sekali, penonton mabuk pasti ada di setiap manggung," kata Wati kepada merdeka.com di Indramayu, Minggu (15/5).
Biasanya, jika menemukan penonton sawer yang sulit dikendalikan, sang biduan mempunyai cara-cara tertentu untuk menghindarinya. Dengan santai biasanya sang biduan menghindari tangan nakal penyawer yang agak mesum.
"Kita harus bisa mengendalikan suasana, yang nyawer sudah pasti mabuk, terus jadi kasar kita tidak boleh terpancing, jadi harus bisa apa yah istilahnya? mencairkan suasana," imbuh Wati.
Seperti pengalaman Wati di salah satu desa, saat sedang asyik bernyanyi tiba-tiba warga yang dikenal raja sawer di kampung tersebut, mengikuti goyangan sang biduan dengan kasar. Kesal dengan perlakuannya Wati memilih melayangkan mikropon di kepala sang penyawer.
"Pernah juga dulu sekali, ada penonton sudah kita bilangin, 'mas aja kaya kie' lah, tapi diulang-ulang lagi, pegang sana-sini, saya getok pake mic aja sekalian, akhirnya temennya sendiri yang misahin," ujarnya.
Pengalaman seperti itu memang jadi hal biasa bagi para pedangdut. Namun karena memang bertugas menghibur, para biduan senantiasa menghindari adanya penonton yang nakal. Bagi biduan, sang penonton merupakan raja yang harus dihibur.
