Autisme merupakan gangguan perkembangan yang dialami oleh seorang anak sejak bayi atau balita yang mempengaruhi komunikasi dan keterampilan sang anak.
Autisme masih menjadi momok misterius misterius di dunia medis. Jumlahnya kian melesat dalam lima tahun terakhir. Bahkan Presiden Amerika Serikat, Obama dikabarkan telah mengeluarkan kebijakan bernilai jutaan dolar untuk mencari penyebab dan pengobatan bagi autisme.
Para ilmuwan sendiri masih belum menemukan kesepakatan mengenai faktor-faktor penyebab autisme. Namun mereka cenderung sepakat bahwa autisme tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja.
Berikut adalah beberapa temuan terbaru dari para ilmuwan mengenai kemungkinan penyebab kondisi misterius ini.
1. Genetika
Genetika memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap faktor penyebab autisme. Menurut National Institutes of Health di Amerika Serikat, keluarga yang memiliki seorang anak yang menyandang autis memiliki peluang 1:20 memiliki anak kedua yang menyandang autisme juga. Bahkan bila seorang anak terlahir kembar dan menderita autisme, maka saudara kembarnya memiliki kemungkinan 90% memiliki gangguan yang sama.
2. Hamil di usia tua
Sebuah penelitian menemukan bahwa wanita yang hamil ketika berusia 40 tahun memiliki risiko 50% lebih besar memiliki anak autis dibandingkan wanita yang ketika hamil berusia antara 20-29 tahun.
3. Gangguan perkembangan otak
Area tertentu dari otak, seperti korteks serebral dan cerebellum, telah diketahui terlibat dalam perkembangan autisme. Penyimpangan kadar bahan kimia pengantar impuls saraf atau neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, juga diketahui berkaitan dengan autisme.
4. Obat-obatan
Bayi yang terkena obat-obatan tertentu dalam rahimnya seperti asam valproat dan thalidomide, berisiko tinggi mengidap autisme. Thalidomide adalah obat yang pertama kali digunakan pada tahun 1950 untuk mengobati mual di pagi hari, kecemasan dan insomnia. Sedangkan asam valproat diresepkan untuk mengatasi kejang, gangguan mood dan gangguan bipolar.
5. Pestisida
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa pestisida dapat mengganggu gen yang berperan penting dalam sistem saraf pusat.