Seperti yang telah disebutkan dalam artikel sebelumnya, beberapa hari menjelang hari besar ini, para mempelai wajib melakukan beberapa prosesi yang diakhiri oleh siraman dan ngeuyeuk seureuh. Satu hal yang menjadi buah penasaran dalam benak adalah, seperti apa ya prosesi di kala hari sakral ini tiba?
Akankah dipenuhi oleh nilai-nilai akulturasi yang kental? Nggak ada salahnya untuk menyimak kisah dari bagian-bagian pernikahan Sunda ini, yuk!
Pada hari bersejarah ini, rombongan keluarga calon mempelai pria mendatangi kediaman sang calon mempelai perempuan sembari membawa serta mas kawin. Namun, satu hal yang menyenangkan dari pernikahan adat Sunda ini, biasanya tak hanya menjinjing mas kawin saja. Dalam adat yang masih kental, biasanya keluarga akan membawa serta peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar hingga gentong.
Suasana sakral ini dimulai oleh pembukaan, yang dimaksudkan untuk menyambut calon mempelai pria. Biasanya dalam prosesi ini, sang pria dikalungkan sebuah untaian melati dan menggunting pita yang telah menjadi dekorasi dalam rumah sang calon mempelai wanita. Biasanya, untuk sebuah prosesi pelepasan sang pria, pihak yang dituakan lah yang mewakilinya, yang kemudian akan diterima oleh pihak keluarga wanita.
Sampailah pada acara sakral yang menegangkan, berjudul Akad Nikah. Sebelumnya, biasanya sang calon mempelai pria dan para keluarga disambut oleh acara Mapag Penganten yang dipimpin oleh Mang Lengser, sosok pria yang berpakaian adat Sunda. Selanjutnya, upacara ini berlangsung sesuai agama masing-masing, dan diserahkan pada KUA (Kantor Urusan Agama).
Ada beberapa upacara adat yang biasa diadakan setelah akad nikah berlangsung, clickers. Upacara adat inilah yang biasanya mengundang banyak renyah tawa serta menjadi tontonan hiburan budaya yang tak terhitung banyaknya di muka bumi ini.
Upacara #1 : Saweran
Namanya memang tak asing lagi di telinga kita, pembaca. Saweran merupakan prosesi pemberian nasihat pada kedua mempelai dan melambangkan bahwa para mempelai berbagi kebahagiaan pada para tamu. Biasanya, kegiatan ini berlangsung di teras atau halaman, kemudian kedua orang tua menyawer mempelai dengan kidung Sawer berbahasa Sunda yang berisi nasehat tentang kedermawanan.
Apa saja yang disawer bagi para kedua mempelai ini? Pada adat Sunda, biasanya uang logam, beras, irisan kunyit tipis serta permen lah yang digunakan untuk saweran ini. Wajah kedua mempelai tampak cerah ceria dengan bernaung paying yang melindungi mereka dari objek saweran ini. Biasanya, para tamu yang telah tiba berebutan memunguti uang serta permen.
Upacara #2 : Meuleum Harupat (Membakar Harupat)
Salah satu upacara adat Sunda yang unik adalah Meuleum Harupat. Mempelai pria menggenggam batang harupat (lidi berjumlah tujuh batang) dan sang wanita membakarnya dengan lilin yang telah menyala. Harupat tersebut kemudian menyala dan dimasukkan ke dalam kendi yang digenggam sang wanita. Harupat tadi kemudian diangkat lagi dan dipatahkan untuk dibuang jauh-jauh.
Upacara ini melambangkan nasehat pada kedua mempelai agar selalu bersama saat memecahkan persoalan rumah tangga.
Upacara #3 : Buka Pintu
Biasanya upacara ini diawali dengan mengetuk pintu tiga kali, lalu berkumandang lah pantun yang bersahutan bagai kalimat tanya jawab, dari balik dan luar pintu rumah. Menurut adat Sunda yang telah berakulturasi dengan agama Islam, kalimat syahadat dibacakan, kemudian pintu dibuka perlahan. Saatnya pengantin untuk masuk menuju pelaminan yang telah tersedia.
Upacara #4 : Nincak Endog (Menginjak Telur)
Seringkali upacara ini menjadi upacara wajib yang berlangsung dalam pernikahan adat Sunda. Mempelai pria menginjak telur di papan dan batang bamboo muda, lalu sang wanita mulai mencuci kaki sang pria dengan air yang ia dapat dari kendi. Kaki suaminya itu dilap hingga kering, lalu kendi tersebut dipecahkan bersama. Upacara ini melambangkan pengabdian istri terhadap suaminya.
Upacara #5 : Ngaleupas Japati (Melepas Merpati)
Prosesi ini melambangkan berakhirnya peran orang tua karena hari itu kedua buah hati mereka telah dewasa, mandiri dan memasuki babak bernama keluarga. Kedua ibunda dari para mempelai ini berjalan keluar, membawa burung merpati, kemudian dilepaskan di halaman, membiarkannya terbang bebas. Sama seperti kepercayaan mereka yang telah membebaskan kedua putra-putrinya ini.
Upacara #6 : Huap Lingkung (Saling Menyuap)
Upacara ini terdiri atas dua tahapan, yang pertama adalah ketika pasangan mempelai disuapi oleh orang tua. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi saling menyuapi antara kedua belah mempelai. Nasi ketan kuning berjumlah tujuh kepal diletakkan di atas piring, prosesi itu pun dilakukan dengan saling menyuap melalui bahu masing-masing.
Upacara #7 : Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar)
Salah satu prosesi yang seru akan kamu temukan dalam pernikahan adat Sunda ini, yaitu saling menarik ayam bakar. Konon, prosesi ini untuk menentukan, darimanakah rejeki yang akan menghampiri keluarga baru ini, apakah dari pihak istri atau suami.
Terbukti bukan, ternyata prosesi pernikahan adat Sunda ini bukanlah semata-mata adat tanpa asal usul. Penuh doa dalam setiap upacaranya, harapan dan nasehat pun diberikan demi kelanggengan rumah tangga kedua mempelai.