Foto Ilustrasi |
Penyebaran pekerja 5eks komersial (PSK) di Kolaka, Sulawesi Tenggara semakin tidak terkendali. Bisnis yang dinilai menggiurkan oleh sebagian kalangan ini pun sudah memanfaatkan wadah salon kecantikan sebagai ajang prostitusi secara terselubung.
Hampir sepuluh tahun praktik ini dijadikan modus jitu bagi penggunanya, baik itu PSK maupun lelaki hidung belang. Bayangkan saja, di Kolaka sangat banyak salon kecantikan yang ternyata menyediakan jasa "plus" bagi pelanggannya. Hal ini pun seakan sudah menjadi rahasia umum bagi kalangan penikmat 5eks di kota ini.
“Bekerja di salon kecantikan itu memang adalah tujuan utama kami untuk mencari uang. Tapi kalau ada yang mau dilayani lebih juga boleh asalkan orangnya bersih dan harganya cocok,” ungkap SN salah satu perempuan pekerja salon di Kolaka.
Biasanya, PSK yang berkedok sebagai karyawan salon kecantikan memang terlihat menarik. Selain penampilan mereka yang bersih, caranya pun relatif halus untuk mengajak 'calon klien' berkencan.
“Kalau ada yang mau biasanya kami ajak bercanda dulu, sambil bicara yang sedikit berani dan berbuat centil. Karena tidak semua orang yang datang ke salon kecantikan untuk berbuat seperti itu. Kalau ada respon dari mereka barulah kami memperpanjang pembicaraan. Kalau harga cocok tinggal calon pelanggan saja yang menentukan tampat di mana dan kapan mereka mau,” kata SN.
PSK yang bekerja di salon kecantikan biasanya mendapat bantuan dari pihak lain untuk mendapatkan pelanggan.
“Kami kan tidak mungkin dapat terus pelanggan dari para tamu salon tempat kami bekerja. Kan tidak semuanya tamu yang datang mau berbuat begitu, biasanya ada orang yang kami percayakan untuk carikan kami pelanggan. Itu biasanya disebut Bunda. Bunda inilah yang kami percayakan dan kalau dapat pasti kita bagi hasil,” terangnya.
Sementara itu, wanita yang biasa berprofesi sebagai "bunda" menjelaskan bahwa memang betul "bunga-bunganya" (sebutan bagi PSK-red) itu kebanyakan bekerja di salon kecantikan dan beberapa tempat hiburan yang ada di Kolaka.
“Kalau saya itu cukup menghubungi mereka lewat telepon kalau ada pelanggan. Yang bicarakan harga saya juga, kalau permintaannya yang cantik harganya bisa mencapai Rp 1 juta, tapi kalau mau yang standar biasa sampai Rp 700 ribu. Pakoknya tergantung pesananlah,” kata HD, sang "bunda".
HD menambahkan, "bunga-bunganya" bukan dari wilayah Kolaka saja, tapi ada dari wilayah luar yang tentunya memiliki tubuh menarik.
“Pokoknya yang dari luar Kolaka itu tidak kalah dengan yang dari Kolaka. Harga tetap sama, dan kalau mereka sudah akrab dengan pelanggan masing-masing, biasanya saya tidak menjadi perantara lagi. Mereka yang langsung berkomunikasi kalau ada niat, saya biasanya tinggal tunggu bonus dari mereka,” tutur HD.
Kenapa harus memakai wadah salon kecantikan ketimbang menyediakan tempat khusus? Menurutnya, jika lewat salon kecantikan bisa relatif aman.
“Bedalah kalau kota-kota besar yang secara terang-terangan. Mereka itu (PSK) banyak yang tidak diketahui keluarganya kalau bekerja sebagai pemuas hidung belang. Kalau di salon kecantkan itu bisa relatif aman dan kita bisa bermain 'cantik'. 'Bunga-bunga' saya juga malu kalau ketahuan orang banyak tentang profesi asli mereka, karena kita ini tinggal dan bergaul di tengah-tengah masyarakat. Jadi harus pintar sembunyikan identitas, yang pokok janganlah terlalu nampak,” kata HD.
Hampir sepuluh tahun praktik ini dijadikan modus jitu bagi penggunanya, baik itu PSK maupun lelaki hidung belang. Bayangkan saja, di Kolaka sangat banyak salon kecantikan yang ternyata menyediakan jasa "plus" bagi pelanggannya. Hal ini pun seakan sudah menjadi rahasia umum bagi kalangan penikmat 5eks di kota ini.
“Bekerja di salon kecantikan itu memang adalah tujuan utama kami untuk mencari uang. Tapi kalau ada yang mau dilayani lebih juga boleh asalkan orangnya bersih dan harganya cocok,” ungkap SN salah satu perempuan pekerja salon di Kolaka.
Biasanya, PSK yang berkedok sebagai karyawan salon kecantikan memang terlihat menarik. Selain penampilan mereka yang bersih, caranya pun relatif halus untuk mengajak 'calon klien' berkencan.
“Kalau ada yang mau biasanya kami ajak bercanda dulu, sambil bicara yang sedikit berani dan berbuat centil. Karena tidak semua orang yang datang ke salon kecantikan untuk berbuat seperti itu. Kalau ada respon dari mereka barulah kami memperpanjang pembicaraan. Kalau harga cocok tinggal calon pelanggan saja yang menentukan tampat di mana dan kapan mereka mau,” kata SN.
PSK yang bekerja di salon kecantikan biasanya mendapat bantuan dari pihak lain untuk mendapatkan pelanggan.
“Kami kan tidak mungkin dapat terus pelanggan dari para tamu salon tempat kami bekerja. Kan tidak semuanya tamu yang datang mau berbuat begitu, biasanya ada orang yang kami percayakan untuk carikan kami pelanggan. Itu biasanya disebut Bunda. Bunda inilah yang kami percayakan dan kalau dapat pasti kita bagi hasil,” terangnya.
Sementara itu, wanita yang biasa berprofesi sebagai "bunda" menjelaskan bahwa memang betul "bunga-bunganya" (sebutan bagi PSK-red) itu kebanyakan bekerja di salon kecantikan dan beberapa tempat hiburan yang ada di Kolaka.
“Kalau saya itu cukup menghubungi mereka lewat telepon kalau ada pelanggan. Yang bicarakan harga saya juga, kalau permintaannya yang cantik harganya bisa mencapai Rp 1 juta, tapi kalau mau yang standar biasa sampai Rp 700 ribu. Pakoknya tergantung pesananlah,” kata HD, sang "bunda".
HD menambahkan, "bunga-bunganya" bukan dari wilayah Kolaka saja, tapi ada dari wilayah luar yang tentunya memiliki tubuh menarik.
“Pokoknya yang dari luar Kolaka itu tidak kalah dengan yang dari Kolaka. Harga tetap sama, dan kalau mereka sudah akrab dengan pelanggan masing-masing, biasanya saya tidak menjadi perantara lagi. Mereka yang langsung berkomunikasi kalau ada niat, saya biasanya tinggal tunggu bonus dari mereka,” tutur HD.
Kenapa harus memakai wadah salon kecantikan ketimbang menyediakan tempat khusus? Menurutnya, jika lewat salon kecantikan bisa relatif aman.
“Bedalah kalau kota-kota besar yang secara terang-terangan. Mereka itu (PSK) banyak yang tidak diketahui keluarganya kalau bekerja sebagai pemuas hidung belang. Kalau di salon kecantkan itu bisa relatif aman dan kita bisa bermain 'cantik'. 'Bunga-bunga' saya juga malu kalau ketahuan orang banyak tentang profesi asli mereka, karena kita ini tinggal dan bergaul di tengah-tengah masyarakat. Jadi harus pintar sembunyikan identitas, yang pokok janganlah terlalu nampak,” kata HD.