Dalam film terbaru Spider-Man, seorang dokter berubah menjadi manusia cicak demi memulihkan tangannya yang telah diamputasi. Kemampuan ini merujuk pada cicak yang dapat menumbuhkan ekornya yang putus. Khasiat lebih hebat diyakini ada pada sesama hewan melata, tokek, yaitu dapat menyembuhkan AIDS.
Penyakit yang menjadi momok banyak orang ini sampai sekarang masih belum ditemukan penangkalnya, walau sudah ada 3 orang yang sembuh dengan pengobatan tertentu. Yang santer beredar malah khasiat tokek sebagai penangkal HIV/AIDS, sehingga membuat hewan melata ini banyak diburu.
Bahkan pada akhir tahun 2011 lalu, TRAFFIC South Asia, lembaga yang memantau kelestarian satwa dan flora liar, menerbitkan laporan yang menyatakan bahwa permintaan tokek telah meroket selama beberapa tahun terakhir. Penyebabnya karena berbagai blog, artikel surat kabar dan internet, serta pedagang satwa liar memuji khasiat hewan ini sebagai obat ajaib.
"TRAFFIC khawatir pada peningkatan besar dalam perdagangan tokek ini. Jika perdagangan terus menjamur, bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan terhadap populasi tokek," kata Chris R.Shepherd, wakil direktur regional TRAFFIC seperti dilansir New York Daily News.
Sejak tahun 1998 hingga 2002, TRAFFIC mencatat sudah ada lebih dari 8,5 ton tokek kering yang diimpor secara ilegal ke Amerika Serikat untuk digunakan sebagai obat tradisional. Sejumlah besar permintaan tersebut dipenuhi dari Asia, terutama China. Bahkan petugas bea cukai di Indonesia juga pernah menggagalkan upaya penyelundupan tokek kering ke Hong Kong dan China.
Menanggapi hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantas menegaskan bahwa laporan yang menyatakan manfaat tokek untuk menyembuhkan AIDS hanyalah isapan jempol belaka. Seperti dikutip dari The Star, pernyataan WHO ini dimuat dalam laman akun Facebook-nya.
"Kami ingin mengingatkan Anda bahwa tokek bukanlah obat untuk HIV/AIDS, ataupun kanker. Desas-desus yang mengatakan sebaliknya adalah kebohongan. Tidak ada bukti ilmiah bahwa tokek dapat menyembuhkan HIV/AIDS atau kanker. Juga tidak ada informasi tentang keselamatan dan konsekuensi kesehatan dari konsumsi tokek," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Sejak bertahun-tahun yang lalu, tokek diyakini berkhasiat sebagai obat tradisional untuk mengatasi penyakit seperti diabetes, asma, penyakit kulit dan kanker. Bangkainya yang sudah mengering digiling menjadi bubuk untuk dikonsumsi. Di beberapa negara Asia, tokek bahkan dicampur anggur atau wiski dan dikonsumsi sebagai obat penambah stamina.
Tokek berwarna kulit abu-abu kebiruan dengan tutul oranye dapat tumbuh hingga sepanjang 40 cm. Hewan melata ini memakan serangga dan cacing, serta membantu mengatur populasi hama dan menjaga ekosistem.