Pelaksana Harian Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan M Nasir mengatakan masyarakat Indonesia mengarah pada gaya hidup tidak sehat, sehingga harus meningkatkan gaya hidup sehat.
"Kita harus memerhatikan apakah makanan yang dikonsumsi memiliki gizi yang seimbang dan berkualitas atau tidak?" kata Nasir di Jakarta baru-baru ini.
Menurut Nasir, kecenderungan masyarakat Indonesia mulai mengarah kepada gaya hidup tak sehat yang terlihat dari data konsumsi lemak mencapai 116 persen berbanding terbalik dengan konsumsi kacang-kacangan, sayuran, dan buah yang masih rendah.
Sedangkan di sisi lain aktivitas fisik, masih rendah hanya 84,9 persen, sehingga terjadi berbagai kasus obesitas dan munculnya penyakit degeneratif pada usia produktif seperti hipertensi, jantung, diabetes dan sebagainya.
Sementara, anggota bidang Kemitraan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Ahli Gizi Marudut Sitompul mengatakan kelebihan gizi juga dapat mengakibatkan kematian.
Marudut mengatakan kemampuan metabolisme seseorang berbeda-beda sehingga perlu mengukur diri sendiri dalam mengonsumsi makanan, dan kelebihan makanan dapat mengganggu proses metabolisma yang seharusnya bisa diubah menjadi energi.
"Kondisi demikian pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, bahkan dapat menimbulkan radikal bebas yang mengganggu pertumbuhan sel," jelas Marudut.
Tekanan atau stres di pekerjaan juga dapat menjadi memicu gangguan metabolisma dalam tubuh sehingga muncul berbagai penyakit tersebut, sedangkan obesitas menjadi persoalan masyarakat perkotaan akibat pola makan salah dan kurangnya aktivitas.
Sedangkan ahli kesehatan Lia Listiawaty mengatakan masyarakat yang telanjur mengalami obesitas dapat menurunkan berat badan sampai ideal secara aman dengan mengonsumi nutrisi yang cukup.
"Kita harus dapat mengukur kalori yang dikeluarkan dalam beraktivitas dengan kandungan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kalau kelebihan atau kekurangan akan berdampak buruk bagi tubuh," ujar dia. (Antara)