ADEGAN, AIR MATA. Kepergian Nike Ardilla memang sangat mengagetkan. Bukan saja bagi kalangan pers, penggemar, tapi juga kawan-kawan seprofesinya.
Tidak ada yang menduga, si cantik yang baru saja menyelesaikan album kedelapannya, Sandiwara Cinta harus menghadap ke hadirat Allah SWT dalam usia yang
masih muda.
Begitu banyak keinginan yang belum tercapai. Melaksanakan umroh ke tanah Suci Mekah, melanjutkan sekolah ke Australia dan membeli rumah.
Video detik-detik terakhir Nike Ardilla ( kecelakaan mobil ) kemudian dibawa ke rumah sakit sampai wafat ( 19 Maret 1995 ) bisa ditonton di https://www.youtube.com/watch?v=iITA_t6tM78
Menjelang hari-hari terakhirnya,
Keke memang sedikit lain. Tapi tak seorangpun menyangka atau berfirasat itu tanda-tanda kepergiannya. Agus Patirane, sutradara Trauma Marissa menceritakan betapa jahil dan isengnya Nike, saat syuting terakhir hari Jum’at 16 Maret 1995. “Masa’ sewaktu saya sedang nungging melihat monitor, Nike tiba-tiba mencolek pantat saya. Aduh, jahilnya nggak ketolongan deh dia hari itu. Nggak biasa-biasanya dia begitu,” kata Agus.
Bukan cuma Agus, kru yang lain pun tak luput dari keisengan hari itu. “Selain iseng, Nike juga terlihat gagap saat syuting terakhir. Sampai harus take berulang-ulang. Waktu saya tanya apakah dia mabuk? Keke sehat banget kok! Tapi nggak tahu kenapa jadi gagap. Mulut Keke seperti terkunci untuk mengucap dialog,” ujar drg. Fadli, yang berperan sebagai ayahnya dalam Trauma Marissa. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Minati Atmanegara, yang berperan sebagai ibunya. “Memang Nike agak gagap hari itu. Nggak biasanya sih. Tapi hari itu Nike memang agak lain. Biasanya dia selalu ngeluh soal kulitnya, matanya, tubuhnya. Tapi hari itu tumben dia memuji diri sendiri, ‘Ih, Nike cantik ya kayak Marilyn Monroe’. Kita semua jadi tertawa.
Lalu saya komentari ‘kamu memang cantik kok,” kenang Minati.Saat syuting terakhir Nike bahkan sempat meniru- niru gayanya Marlyn Monroe. Kebetulan scene hari itu mengambil Keke dalam posisi diatas teras. Setiap kali ada teriakan Cut!, Keke membungkukan badan dan melambaikan tangan sambil berucap, ‘mirip Marilyn Monroe ya’. Agus pun mendapat kenangan terakhir. Setelah syuting selesai, Nike menghampiri dan mencium pipinya sambil berkata, “Om Agus, selamat tinggal. Sampai ketemu nanti”.
Kata kata yang samar artinya itu dipertanyakan oleh Agus. Tapi Nike sambil tersenyum Nike mengatakan bahwa ia akan syuting sinetron lain dan video klip.
Tapi ia berjanji melanjutkan syuting tanggal 22 Maret. Dari dalam mobil, sebelum meninggalkan lokasi syuting, setiap orang diteriaki salam perpisahan.
Bahkan, Nike sempat memberikan sallam perpisahan kepada Trasta, kameramen yang terhitung jarang bercanda dan tak terlalu akrab dengannya. Demikian juga dengan Cok Simbara, yang berperan sebagai Om nya dalam sinetron ini. “Waktu saya terima telpon, saya shock.
Saya sempat berpikir ini cuma bercanda. Tapi kalau dipikir-pikir, April Mop masih jauh. Rasanya nggak mungkin Keke pergi secepat itu. Kenangan tak terlupakan bagi saya, selama syuting setiap kali akan melakukan adegan menangis. Untuk memancingnya, Keke harus melihat mata saya. Kalau saya kelupa’an atau konsentrasi lagi ditempat lain, dengan gaya merajuk ia akan menarik tangan saya sambil berkata, ‘Om, matanya mana om,’ kenang Cok Simbara.
Buka cuma sahabat-sahabat di Trauma Marissa saja yang diberi pertanda. Fitri, sobat kentalnya pun merasakan sesuatu. Sebelum berangkat ke Bogor, Keke memaksa Fitri untuk menginap di rumahnya. Ketika Fitri mengatakan tidak punya baju untuk ganti, Keke menyuruh memakai baju miliknya. “Semua barang yang ada dikamar ini boleh Fitri pakai. Keke nggak marah. Dan kalau ada yang marah, bilang sama Keke ya,” kenang Fitri, sambil mengusap air mata.
Keke juga sempat memberi pesan pada teman-temannya yang saat itu berkumpul dirumahnya. “Tolong jagain Fitri. Jangan sampai ada yang menyakiti hatinya”. Seminggu sebelumnya, Keke minta ditemani tidur bareng Fitri. Tangan Fitri digenggam erat sepanjang malam. “Waktu saya tanya kenapa, dia bilang ‘Nggak apa-apa, Keke lagi kangen aja ama Fitri’. Ya udah, berhubung saya kangen juga ama dia, genggaman itu tidak saya lepaskan,”. Kedekatan Keke dengan Fitri memang cukup kuat. Terbukti dengan ajakan Keke untuk minta ditemani Fitri sekolah di Australia, selepas kesibukannya main film dan nyanyi . Tapi rencana itu sekarang tinggal rencana. Nike sudah pergi untuk selama-lamanya.
“Melihat Nike seperti melihat adik saya sendiri. Lihat deh wajah kita, mirip kan. Ketika melayat, saya merinding juga melihat foto kita berdua terpampang di rumahnya. Sewaktu lihat saya, ibunya langsung nangis. Di rumah Nike, kalung saya, batunya, tiba-tiba copot. Terus air air tumpah. Saya pikir, Nike kasih tanda minta disembahyangin. Langsung saja saya sembahyang di kamarnya. Apalagi semalam (18/3) bulu kuduk saya berdiri terus. Sejak tengah malam sampai jam tiga pagi. Saya merasa bakal ada sesuatu, tapi nggak tahu apa. E..e, nggak tahunya pagi-pagi dapat kabar Nike meninggal. Ya Tuhan, Nike kan masih muda,” kata Paramitha Rusady, hampir tak percaya.
Komentar yang sama juga datang dari Minati. “Nike masih muda dan punya banyak potensi. Dia sudah seperti adik sendiri buat saya. ” Setiap ada masalah soal kecantikan dia ngeluh ke saya. Saya sempet nasehatin,‘kalau mau segar jangan begadang’. Dan kemarin akhirnya dia mencatat alamat sanggar saya. Katanya mau senam,” tutur Minati. Sebetulnya, Nike Ardilla sudah lama tahu kalau Minati punya sanggar senam. Tapi baru pada hari itu dia menyatakan keinginannya untuk ikut senam di sanggarnya. Semua yang dikatakan atau dilakukannya Nike Ardilla pada hari-hari terakhirnya, bisa dianggap sebagai pertanda, bisa juga tidak. Tapi yang pasti, kepergian Nike Ardilla seperti menghidupkan kembali semua kenangan di hati para sahabatnya.
“Nike itu orangnya nggak reseh. Temannya banyak. Hobinya mengumpulkan teman-teman. Karena itu dimana-mana dia punya sahabat, teman-teman. Saya juga sering jalan bareng sama dia,” kata Alba Fuad (Abut), salah satu dari sekian banyak sahabat dekat Nike Ardilla.
“Kalau syuting video klip dengan Nike, bisa cepat selesai. Soalnya dia memang gampang di direct,” kata Ria Irawan, yang pernah menggarap dua video klip lagu Nike ; Suara Hati, Biarkan Cintamu Berlalu. “Dia bisa buang egonya sebagai artis. Dia nurut dan pasrah pada konsep yang saya buat. Kalau mau syuting dia nggak pernah bilang ‘gue maunya dibikin begini, begitu’. Tapi dia selalu bilang “gue mau kamu apain”? Pokoknya dia nggak menentukan maunya sendiri. Kooperatif banget deh! Dia juga nggak mengeluh meski syuting baru dimulai jam satu pagi. Sebagai artis Nike juga tau banget bahasa tubuh. Gerakannya bisa disetel pas dengan beat lagu dan gerak kamera. Dan enaknya, di-shoot dari mana saja dia kelihatan cantik.
Jadi sebagai sutradara saya nggak pernah pusing memilih angle. Waktu syuting klip Suara Hati ditempat kejadian Aldi meninggal (rumah Ria Irawan), percaya nggak, Nike dua kali jatuh tanpa sebab. Padahal dia lagi tenang-tenang berdiri. Kita terus lihat-lihatan, sama-sama heran dan sadar ada yang aneh. Tapi kita sepakat meneruskan syuting. Dan waktu melihat hasilnya, Nike kelihatan puas banget,” tutur Ria Irawan.
Inneke Koesherawaty, aktris yang sedang naik daun, juga punya kenangan tak terlupakan tentang almarhumah. Mereka kenal saat pemilihan Gadis Sampul pada 1990. Meski baru saat itu, keduanya langsung jadi akrab. “Kemana-mana dia ngintil saya terus. Sampai tidur pun berdua, meski dia punya jatah kamar sendiri. Dia itu agak penakut, sampai-sampai pergi ke kamar mandi pun minta ditemani .
Makanya saya sedih banget ketika mendengar Nike pergi. Beberapa waktu sebelumnya, kita sempat jalan bareng, dia kelihatan bahagia banget waktu itu. Ceritanya macam-macam, pokoknya dia lagi seneng deh. Nggak disangka itu pertemuan terakhir. Nike,Nike…, kenapa jadi tragis begitu,” kata Inneke dengan sedih. “Dia kan masih muda, sama dengan saya, 19 tahun. Dia lahir 27 Desember, saya 13 Desember 1975. Dimata saya Nike anak yang baik. Saya hanya bisa mendoakan semoga arwahnya diterima di sisi Allah SWT,” tambah Inneke. Ya, selamat jalan Nike Ardilla, semoga Tuhan memberi tempat yang layak disisiNya…
Sumber : BINTANG, MARET 1995.