Sebagai insan beriman, tentu apa yang kita lakukan adalah untuk menyemai iman dalam rumah tangga dan memelihara benih-benih cinta antara kita dan pasangan kita. Dan semua itu didasari pada nash-nash yang sahih demi meneladani sunnah-sunnah dari rasulullaah ﷺ meraih amal shalih mereguk keberkahan. Beliau pernah berpesan bahwa sebaik-baik kamu adalah yang paling lembut kepada istrimu.
Pesan yang mendalam lainnya tentang pola ketaatan seorang istri kepada suami adalah "sekiranya aku" kata rasulullaah ﷺ penuh kasih sayang "(boleh) menyuruh manusia menyembah manusia niscaya aku akan menyuruh (para) istri menyembah suaminya". Ucapan beliau shahih diriwayatkan oleh Abu Daud.
Nah, terlepas dari itu semua sejatinya apa yang diberikan kepada pasangan kita adalah ungkapan-ungkapan terbaik. Walau kadang kurang tepat sehingga menimbulkan percikan rajuk, cemburu, tetes airmata. Tapi yakinlah pada saat itu pasangan kita sedang berlaku yang terbaik untuk kita.
Tak hanya melisan, namun menerjemahkan simbol kasih sayangnya dengan sentuhan, dekapan, cecumbu, ciuman, pandangan, bahkan hanya sekedar senyuman. Dari sisi psikologis seorang suami dan istri tentu aktifitas-aktifitas ini sangatlah penting.
Mencium pasangan. Selain memang sunnah karena nabi pernah melakukannya menurut ummul mukmin Aisyah, bagi kami para suami… mencium kening istri adalah cara mendapatkan semangat & ketenangan.
Ia juga bermakna tanda ketundukkan suami kepada rabbNya karena ia telah mengambil sumpah atas namaNya untuk menghalalkan istri dan siap membimbing dalam bingkai ketaatan. Mungkin, mencium kening adalah bentuk ungkapan kasih sayang kami yang tak terwakilkan oleh kata-kata. *soo sweet 😉
Nah untuk para istri, mencium punggung tangan suami adalah cara ia mendapatkan kekuatan.Tak berlebihan bahwa ini pun adalah bentuk sikap tunduk dengan penuh keridhaan menjemput ridhaNya dalam bingkai sakinah (ketenangan) mawaddah (cinta yang membuncah) warahmah (kasih sayang).
Mengecup kening istri atau mencium tangan suami, hakikatnya adalah sebuah simbol dari satu hal paling mahal dalam hubungan suami isteri, yaitu "saling percaya". Suami mempercayakan kepada istri untuk menjadi madrasatul ula bagi putra putrinya kelak.
Dan Istri mempercayakan amanah bimbingan kepada sang nahkoda agar bahtera rumah tangganya selamat berlayar hingga ke jannah. Hendaknya masing-masing kita memaksimalkan kepercayaan dan amanah tersebut dengan sebaik-baik menyiapkan serta menempuhnya.
Akhirnya.. dalam berumah tangga, kita belajar menjaga. Menjaga hati, menjaga lisan, menjaga mata, menjaga keluarga untuk kita jauhkan sejauh-jauhnya dari api neraka. kuu anfusakum wa ahlikum naara.. dan mendekat-dekat kan sedekat-dekatnya kepada Arsyil Rahmaan (Arsy nya Yang Maha Pengasih).
Bagi para pasangan suami istri, yang belum pernah melaksanakan yuk coba praktikkan. Yang sebelumnya sudah dikerjakan tapi no heart feeling, plis ya coba maknai kedalaman hikmah dan siratan pesan-pesan di balik cium kening dan cium tangan ini.
Kami yakin akan ada perbedaan dzauq (daya rasa) yang diinspirasikan oleh Yaa Rahmaan kepada qalbu kita. Degub qalb(jantung) hati akan menjadi bukti. Dan yakinlah ini adalah salah satu nikmat terbesar bagi orang beriman… yakni istri(pasangan) yang mukmin yang membantunya dalam (ketaatan) beriman. Selamat mencoba! 😉
Pesan yang mendalam lainnya tentang pola ketaatan seorang istri kepada suami adalah "sekiranya aku" kata rasulullaah ﷺ penuh kasih sayang "(boleh) menyuruh manusia menyembah manusia niscaya aku akan menyuruh (para) istri menyembah suaminya". Ucapan beliau shahih diriwayatkan oleh Abu Daud.
Nah, terlepas dari itu semua sejatinya apa yang diberikan kepada pasangan kita adalah ungkapan-ungkapan terbaik. Walau kadang kurang tepat sehingga menimbulkan percikan rajuk, cemburu, tetes airmata. Tapi yakinlah pada saat itu pasangan kita sedang berlaku yang terbaik untuk kita.
Tak hanya melisan, namun menerjemahkan simbol kasih sayangnya dengan sentuhan, dekapan, cecumbu, ciuman, pandangan, bahkan hanya sekedar senyuman. Dari sisi psikologis seorang suami dan istri tentu aktifitas-aktifitas ini sangatlah penting.
Mencium pasangan. Selain memang sunnah karena nabi pernah melakukannya menurut ummul mukmin Aisyah, bagi kami para suami… mencium kening istri adalah cara mendapatkan semangat & ketenangan.
Ia juga bermakna tanda ketundukkan suami kepada rabbNya karena ia telah mengambil sumpah atas namaNya untuk menghalalkan istri dan siap membimbing dalam bingkai ketaatan. Mungkin, mencium kening adalah bentuk ungkapan kasih sayang kami yang tak terwakilkan oleh kata-kata. *soo sweet 😉
Nah untuk para istri, mencium punggung tangan suami adalah cara ia mendapatkan kekuatan.Tak berlebihan bahwa ini pun adalah bentuk sikap tunduk dengan penuh keridhaan menjemput ridhaNya dalam bingkai sakinah (ketenangan) mawaddah (cinta yang membuncah) warahmah (kasih sayang).
Mengecup kening istri atau mencium tangan suami, hakikatnya adalah sebuah simbol dari satu hal paling mahal dalam hubungan suami isteri, yaitu "saling percaya". Suami mempercayakan kepada istri untuk menjadi madrasatul ula bagi putra putrinya kelak.
Dan Istri mempercayakan amanah bimbingan kepada sang nahkoda agar bahtera rumah tangganya selamat berlayar hingga ke jannah. Hendaknya masing-masing kita memaksimalkan kepercayaan dan amanah tersebut dengan sebaik-baik menyiapkan serta menempuhnya.
Akhirnya.. dalam berumah tangga, kita belajar menjaga. Menjaga hati, menjaga lisan, menjaga mata, menjaga keluarga untuk kita jauhkan sejauh-jauhnya dari api neraka. kuu anfusakum wa ahlikum naara.. dan mendekat-dekat kan sedekat-dekatnya kepada Arsyil Rahmaan (Arsy nya Yang Maha Pengasih).
Bagi para pasangan suami istri, yang belum pernah melaksanakan yuk coba praktikkan. Yang sebelumnya sudah dikerjakan tapi no heart feeling, plis ya coba maknai kedalaman hikmah dan siratan pesan-pesan di balik cium kening dan cium tangan ini.
Kami yakin akan ada perbedaan dzauq (daya rasa) yang diinspirasikan oleh Yaa Rahmaan kepada qalbu kita. Degub qalb(jantung) hati akan menjadi bukti. Dan yakinlah ini adalah salah satu nikmat terbesar bagi orang beriman… yakni istri(pasangan) yang mukmin yang membantunya dalam (ketaatan) beriman. Selamat mencoba! 😉