Kabar gembira untuk penderita penyakit jantung. Studi belakangan ini menunjukkan, kombinasi gelombang kejut ke jantung dan infus sel tulang sumsum bermanfaat untuk mengurangi risiko serangan jantung.
Walau terapi ini masih dalam tahap eksperimen dan membutuhkan pengembangan, tapi laporan Journal of American Medical Association menyebut terapi tersebut cukup menjanjikan.
Selama satu dekade ini, peneliti telah melakukan uji coba terhadap 100 orang pasien dan cukup membantu mengurangi kerusakan jantung. Dari jumlah tersebut banyak yang telah berhasil. Hasil penelitian menunjukkan terapi sel sumsum tersebut dapat mengurangi resiko serangan jantung dan memperpanjang usia kehidupan.
Tapi, dalam penelitian tersebut menunjukkan terapi tersebut tidak berhasil untuk penderita penyanyi gagal jantung kronis. Penderita gagal jantung kronis biasanya, kemampuan jantung mempompa menurun dari waktu ke waktu, menyebabkan kelelahan dan sesak nafas. Di Amerika sendiri, hampir 6 juta orang dewasa mengalami penyakit gagal jantung.
Penelitian baru lainnya adalah terapi gelombang kejut ke jantung atau yang dikenal memberikan dosis tinggi ultrasound ke dada pasien. Terapi ini ditemukan peneliti Jerman. Dalam pengalaman pasien, hal ini mirip seperti melakukan diagnosa ultrasound ke Jantung, kata peneliti senior dari Universitas Goethe di Franfurt, Jerman.
Satu hari, setelah menjalani terapi gelombang kejut, hati pasien diinfus dengan dosis dari sel tulang sumsum mereka sendiri.
Kata Zeiher, terapi gelombang kejut tersebut akan memacu jantung mengocok keluar kimia yang menarik lebih banyak sel tulang sumsum ke bagian otot jantung yang rusak.
Setelah empat bulan, timnya menyimpulkan, ada peningkatan 3 persen pada fraksi ejeksi ventrikel kiri pasien– sejumlah prosentase tersebut darah didorong keluar dari hati dalam tiap kontraksi.
“Itu kemajuan yang baik,” kata Dr Eduardo Marban, Direktur Cedars-Sinai Heart Institute di los Angeles. Hal itu dapat diterjemahkan sebagai manfaat jangka panjang atau rendahnya risiko serangan jantung berulang dan hidup lebih lama, kata Marban. Tapi, lanjutnya, penemuan tersebut tetap membutuhkan penelitian yang besar lagi.