Seabad sebelum Bangsa Eropa berlomba-lomba menuju wilayah yang kaya rempah, yang kini menjadi Indonesia ini telah mahsyur di bidang perdagangan. Nusantara memiliki hubungan dagang dengan India dan Timur Tengah, lalu pada abad ke-4 dengan orang-orang Eropa. Sepanjang masa itu, tak dapat terhitung jumlah kapal yang hilang dan karam di wilayah Nusantara Indonesia, Seperti kapal China yang mengangkut harta dan keramik berharga, 800 kapal milik Portugis yang hilang sejak tahun 1650 dalam pelayaran dari Portugal menuju Atlantik selatan, melalui Samudra Hindia dan ke Asia Tenggara, lebih dari 7.000 kapal hilang yang didata English East India Company (EIC). juga VOC Belanda yang kehilangan 105 kapal yang berlayar antara tahun 1602 dan 1794. Semua kapal bermuatan barang berharga. Maka tidak heran lagi, Nusantara Indonesia menjadi target bagi para arkeolog bawah laut maupun para pemburu harta karun.
Menurut data Sekretariat Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Saat ini terdapat 463 titik peninggalan harta karun di Tanah Air. Tapi baru diangkat sebanyak sepuluh kali berupa Porselen berwujud mangkuk, piring, dan cangkir yang diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Ming di China ditemukan di laut Indonesia di rute menuju Jakarta, pada tahun 2008. Tidak disebutkan lokasi spesifik penemuan ini, hanya disebutkan berjarak 150 kilometer dari pantai Jakarta di kedalaman 60 meter. Pada operasi pengangkatan di tahun 2010, ditemukan 38.000 porselen dan hingga sekarang tercatat ada 700.000 item yang ditemukan.
Rencananya harta karun bernilai Rp.413 miliar akan diangkat oleh perusahaan Portugal berbasis arkeologi bawah laut, Arqueonautas Worldwide SA (QOW). Melalui CEO-nya Nikolaus Graf Sandizell, dikatakan akan mengambil harta ini tahun depan. Lamanya waktu pengangkatan karena terkendala izin yang sengaja ditunda oleh Pemerintah Indonesia. Pengangkatan ini, dikatakan Sandizell, harus segera dilakukan untuk mencegah kehilangan dari banyak faktor mulai dari jaring nelayan, eksplorasi minyak, pipa bawah laut, hingga tangan usil para penjarah. “Kami ingin menarik perhatian atas cepatnya harta karun ini menghilang. Dalam waktu sepuluh tahun, ini semua akan terlambat,” ujar Sandizell.
Biaya pengangkatan harta karun yang disebut cagar budaya oleh Pemerintah Indonesia ini memakan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp60,5 miliar. Ini belum ditambah biaya platform buatan di atas laut untuk penempatan sementara hasil yang baru diangkut. Namun, menurut Sekretariat Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), pengangkatan ini belum mendapat izin. Karena BMKT masih menunggu Peraturan Pemerintah turunan dari UU No 11 2010 tentang cagar budaya.
“Izin saat ini tidak keluarkan lagi, semuanya masih moratorium,” kata Adria Yuki, salah satu anggota di Seksi BMKT saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (30/5). Pihak BMKT juga sudah mengenal Sandizell karena sempat melakukan presentasi untuk penelitian dan konservasi harta karun yang ditemukan di Indonesia pada April 2012. Jika memang ada sebagian dari harta ini yang dijual, maka hasilnya akan dibagi dua antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan yang mengambilnya. Hanya saja belum ada pembagian persentase barang yang belum dijual. “Hasil pengangkatan ini tidak boleh dibawa ke luar negeri, hanya boleh dijual di Indonesia. Sebagian dana ini nantinya juga dialokasikan untuk penyelamatan cagar budaya Indonesia,” kata Yuki lagi.
Namun, belum adanya rambu-rambu perizinan, bukan berarti aman dari penjarahan. Pada tahun 1986, Michael Hatcher asal Australia dituding mengambil harta karun bernilai triliunan rupiah dari laut Indonesia. Dan berlanjut hingga tahun 1999 dan 2010 di mana ia dilaporkan mengambil harta karun di Wilayah Subang, Jawa Barat. Luasnya wilayah laut Indonesia, namun kurangnya pengawasan menjadi salah satu faktor maraknya pencurian. Data UNESCO menyebut, ada tiga juta kapal yang bangkainya teronggok di dasar lautan. 50.000 di antaranya mengandung harta bernilai yang berusia ribuan tahun.