Semua wanita berisiko terkena kanker serviks, terutama yang sudah pernah berhubungan 5eks. Ternyata, kanker yang dapat menular ini lebih suka menyerang wanita usia muda.
“Human Papilloma Virus (HPV) itu sukanya sama wanita muda, yang leher rahimnya masih licin, yang menikah di bawah usia 20 tahun. Dia tidak suka sama yang tua-tua. Sama yang tua, virus nempel sebentar langsung hilang,” ungkap dr Fitriyadi Kusuma, SpOG (K), konsultan kanker kandungan dan staf pengajar FKUI di Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi, dalam acara SOHO #BetterU: Hari Ibu, yang diadakan SOHO Global Health di Jakarta, Kamis (19/12),
Menurutnya, menikah di usia muda sebelum 20 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan 5eks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.
“Dan, memang faktanya, kebanyakan wanita terinfeksi HPV pada usia muda, antara usia 20 atau 30 tahun. Namun perjalanannya menjadi kanker serviks sangat lambat, antara 3 hingga 20 tahun. Misal, pertama kali berhubungan 5eks saat usia 20 tahun lalu terinfeksi HPV, baru ketahuan kanker serviks sekitar usia 40 tahun,” papar dr Fitriyadi.
Hal inilah yang menyebabkan hampir 80 persen kasus yang ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Terlebih stadium pra kanker dan kanker stadium awal tidak menimbulkan gejala atau keluhan sama sekali.“Stadium awal gejalanya hanya keputihan saja, baru bleeding atau perdarahan pada stadium IIIB saat peluang kesembuhan sudah kecil. Karena itu, penting melakukan skrining tiap tahun minimal, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) atau pap smear,” tandasnya.
Kanker ini termasuk silent disease karena penyakitnya berjalan lambat dan tidak menunjukkan gejala khas pada saat stadium awal. Namun bila wanita mengalami keputihan yang tak kunjung sembuh, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter dan melakukan pemeriksaan kanker serviks.
Keputihan tersebut biasanya terjadi berulang-ulang, berbau dan tidak dapat sembuh dengan pengobatan biasa. Pada stadium lanjut, akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami pembengkakan, nafsu makan menjadi berkurang, berat badan tidak stabil, susah buang air kecil dan mengalami pendarahan spontan.
Di Indonesia, prevalensi kasus kanker serviks cukup tinggi. Berdasarkan data dari Globocan 2008, ditemukan 20 kasus kematian akibat kanker serviks setiap harinya. Tingginya kasus ini dipicu oleh faktor geografis Indonesia yang terdiri dari 13.000 pulau, tidak ada program skrining, kurangnya fasilitas sitologi dan terapi, serta kurangnya kepatuhan pasien untuk melakukan pemeriksaan rutin. Harian Terbit