Beberapa waktu ini saya berkecimpung dengan seorang sahabat untuk mendirikan sebuah yayasan baru.
Sahabat itu menceritakan alasan mengapa ia membuat baru dan mengganti yang lama. Tidak lain karena ia memiliki seorang kepercayaan yang koruptif dan tidak bisa dipercaya.
Cerita singkat tentang dia, sebut saja Pak Boja. Awal karirnya ia sebagai guru honorer di yayasan tersebut dan dipercaya untuk menjadi kepala sekolah. Kesetiaannya mengajar menjadikannya seorang guru PNS (Pegawai Negeri Sipil). Awalnya semua berjalan baik namun setelah ia diangkat menjadi seorang PNS, lambat laun kinerjanya terus menurun. Siswa yang tadinya banyak juga terus menurun.
Kondisi sekolah yang ia pimpin pun tidak mengalami kemajuan apa pun, melainkan kemuduran bahkan beberapa asset yang dipercayakan kepadanya rusak dan banyak yang hilang. Kreatifitas program mandek bahkan bisa dikatakan dari sekian banyak tahun ia memimpin sekolah tersebut praktis tidak ada hal yang baru sama sekali.
Yang paling menyedihkan adalah sekolah itu tidak dirawat dengan baik. Komputer yang diberikan untuk operasional sekolah pun isinya adalah video video porno. Bantuan bantuan dari pemerintah semua habis tanpa laporan yang jelas. Bahkan rumput pun tumbuh tinggi di depan kantornya.
Singkat cerita, Yayasan pun akhirnya memutuskan untuk memberhentikannya dan kebetulan sekali bertepan dengan masa jabatannya bekerja di sekolah tersebut, ia pun dipindahtugaskan.
Apa yang terjadi kemudian dengan Pak Boja, ia berusaha untuk tetap mempertahankan berada di sekolah tersebut bahkan ia menggalang orangtua siswa agar mendukung keberadaannya. Namun apa usahanya akan berhasil? Sepertinya sulit, karena hampir semua pengurus yayasan berpandangan negatif padanya.
Apa yang Pak Boja lakukan selama ini? Tanpa sadar ia tengah membunuh dirinya pelan pelan. Membunuh diri pelan pelan berarti hidup hanya mementingkan dirinya . Tidak melakukan terbaik malah melakukan tindakan amoral. Abai dengan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dan membiarkan penyimpangan yang tampak di depan mata.
Pak Boja yang berinisiatif memperkaya dirinya tanpa ia sadari menjadi lebih egois. Kehidupannya semakin sempit , ia hanya melihat sekolahnya adalah segala galanya. Jadi mau tidak mau dia berjuang menggenggamnya. Ia tidak membolehkan orang lain mengganggu apa yang sudah dimiliki selama ini. Ia pun memeras apa yang bisa ia peras. Ia peras sampai habis.
Orang yang membunuh dirinya pelan pelan adalah orang yang miskin nilai. Itu berarti ia miskin makna, juga berarti ia kurang memberi manfaat bagi kehidupan ini. Barang siapa tidak bermanfaat bagi kehidupan berarti ia secara perlahan tapi pasti, ia tengah membunuh dirinya sendiri.
Bagi orang yang menyadari bahwa hidup ini begitu berharga, maka berupaya untuk tidak menyianyiakan kesempatan yang ada untuk menjadi manusia BAIK (sejati, baik, sabar), yang bermanfaat bagi kehidupan. Ada kebijakan,” mendapatkan tubuh manusia tidak mudah, mungkin didapat ratusan bahkan ribuan tahun”. Juga Bukankah kita terlahir dari jutaan sperma, namun satu yang terpilih. Jika kita memang berkesempatan lahir di bumi ini tentulah ada maksudnya dan memang sudah takdirnya.
Semoga Anda dan saya terus mengupayakan manfaat bagi kehidupan ini sehingga menjadi manusia yang lebih baik. Ditulis oleh Candratua